Selasa, 02 Mei 2017

Tradisi di bali yang berhubungan dengan kebidanan

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR TRADISI YANG ADA DIBALI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIDANAN Disusun oleh : Nama : Ni Luh Enik Sumartini Nim : 16150027 Kelas : A13.1 FAKULTAS ILMU KESEHATAN D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Tradisi Yang Ada Dibali Nama Tradisi : Megedong – Gedongan KIA : Tradisi ini untuk kehamilan 6 – 7 bulan Bali Tujuan Tradisi : Untuk menyucikan janin dalam kandungan ibu Supaya janin dalam kandungan ibu sehat dan tidak ada gangguan dari hal – hal jahat Untuk menjaga keselamatan ibu selamat mengandung Urutan – urutan acara :  lbu yang sedang hamil terlebih dahulu dimandikan (siraman) di parisuda, dilanjutkan dengan mabyakala dan prayascita. Si lbu menjunjung tempat rempah-rempah, tangan kanan menjinjing daun talas berisi air dan ikan yang masih hidup. Tangan kiri suami memegang benang, tangan kanannya memegang bambu runcing. Si Suami sambil menggeser benang langsung menusuk daun talas yang dijinjing si Istri sampai air dan ikannya tumpah. Selanjutnya melakukan persembahyangan memohon keselamatan. Ditutup dengan panglukatan dan terakhir natab Makna yang terkait dalam kebidanan Upacara megedong –gedongan dilaksanakan untuk kehamilan sang ibu , yang bertujuan untuk menjaga kesehatan janin maupun kehamilan. untuk menyucikan diri lahir bathin (pamari sudha raga) dan memohon keselamatan dalam upaya peningkatan kehidupan spiritual menuju kebahagian baik di dunia maupun di alam niskala. Nama Tradisi : Upacara Jatakarma KIA : Bayi Baru Lahir Tujuan Tradisi : Upacara kelahiran bayi yang dilaksanakan ketika  sebelum tali pusar bayi itu terputus,jika tali pusar si bayi sudah terlanjur lepas,harus dibuatkannya suatu upakara yang bertujuan untuk membersihkan secara spiritual tempat-tempat suci dan bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Upacara Jatakarma dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan dan telah mendapat perawatan pertama. Upacara ini adalah sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran si kecil di dunia. Urutan – urutan acara : Bayi yang baru lahir diupacarai dengan banten dapetan, canang sari, canang genten, sampiyan dan penyeneng. Tujuannya agar atma / roh yang menjelma pada si bayi mendapatkan keselamatan. Setelah ari-ari dibersihkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam kendil lalu ditutup. Apabila mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali. Perlu diingat sebelum kendil atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup kendil atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM KARA (OM) dan pada dasar alas kendil atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara AH KARA (AH) . Kendil atau kelapa selanjutnya dibungkus dengan kain putih dan di dalamnya diberi bunga. Selanjutnya kendil atau kelapa ditanam di halaman rumah, tepatnya pada bagian kanan pintu ruangan rumah untuk anak Iaki-laki, dan bagian kiri untuk wanita bila dilihat dari dalam rumah. Makna yang terkait dalam kebidanan. Upcara Jatakarma ditujukan untuk bayi yang baru lahir sebelum tali pusar bayi itu putus dan saat telah mendapatkan perawatan pertama. Upacara ini melambangkan bahwa keluarga atau ibu dan ayah dari bayi tersebut menyambut kedatangannya di dunia ini. Dalam artian penerimaan orang tua bayi tersebut bahagia dengan adanya bayi itu. Nama Tradisi : Nelu Bulanin ( 3 Bulanan) KIA : Bayi berumus 3 Bulan Tujan Tradisi : Untuk melakukan pemujaan dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supayan bayi diberkati dan supaya jiwa si bayi benar-benar menyatu dengan raganya. Upacara ini juga sekalian dalam memohon izin kepada Bumi Pertiwi supaya diperkenankan menginjakkan kaki di tanah. Urutan – Urutan Acara: dipimpin oleh seorang pandita yang biasanya digelar didepan rumah  dengan sesajen yang diletakkan di sebuah meja kecil. Sebelum upacara berlangsung, bayi dan orang yang mengikuti kegiatan upacara duduk dibelakang pimpinan upacara, lalu disiapkan daun dadap, benang dan kapas putih.  Pandita / Pinandita melakukan pemujaan, memerciki tirtha pada sajen dan pada si bayi. Bila si bayi akan memakai perhiasan-perhiasan seperti gelang, kalung dan lain-lain, terlebih dahulu benda tersebut diparisudha dengan diperciki tirtha. Doa dan persembahyangan untuk si bayi, dilakukan oleh ibu bapaknya diantar oleh Pandita / Pinandita. Si bayi diberikan tirtha pengening (tirtha amertha) kernudian ngayab jejanganan. Terakhir si bayi diberi natab sajen ayaban, yang berarti memohon keselamatan. Makna yang berkaitan dengan kebidanan Upacara nelu bulanin ini bertujuan untuk pembersihan dan menyatukan raga yang ada dalam bayi tersebut. Di dalam kebidanan pembersihan di lakukan menggunakan sebuah alat – alat kebidanan . sedangkan dalam tradisi ini menggunakan sesajen dan beberapa mantra .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Kekuranan Energi Protein

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein...