Rabu, 03 Mei 2017

Makalah Kekuranan Energi Protein

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein atau keduanya, tidak tercukupi dengan diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain. Sindrom kwashiorkor terjelma manakala defisiensi lebih menampakkan dominasi protein, dan marasmus termanifestasi jika terjadi kekurangan energy yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini, marasmik-kwasiorkor, juga tidak sedikit, meskipun sulit menentukan kekurangan apa yang lebih dominan.
Kekurangan energi protein dikelompokkan menjadi KEP primer dan sekunder. Ketiadaan pangan melatarbelakangi KEP primer yang mengakibatkan berkurangnya asupan. Penyakit yang mengakibatkan pengurangan asupan, gangguan serapan dan utilisasi pangan, serta peningkatan kebutuhan (dan/atau kehilangan) akan zat gizi dikategorikan sebagai KEP sekunder.
Keparahan KEP berkisar dari hanya penyusutan berat badan, atau terlambat tumbuh, sampai ke sindrom klinis yang nyata, dan tidak jarang berkaitan dengan defisiensi vitamin, serta mineral.
Setidaknya, ada 4 faktor yang melatarbelakangi KEP, yaitu : masalah sosial, ekonomi, biologi, dan lingkungan. Kemiskinan, salah satu determinan social-ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan, baik yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan salah paham tentang cara merawat bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan pangan tertentu dan cara member makan anggota keluarga yang sedang sakit. Hal lain yang juga berpotensi menumbuhsuburkan KEP dikalangan bayi dan anak adalah penurunan minat dalam member ASI yang kemudian diperparah pula dengan salah persepsi tentang cara menyapih. Selain, distribusi pangan dalam keluarga terkesan masih timpang.




A.    Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan Kekurangan Energi Protein ?
b.      Bagaimana klasifikasi kekurang energi protein?
c.       Apa jenis jenis kekurangan energi protein?
d.      Apa penyebab kekurangan energy protein ?
e.       Bagaimana gejala kekurangan energi protein?
f.       Faktor apa yang mempengaruhi kekurangan energi protein?
g.      Bagaimana upaya penanggulangannya?

B.     Tujuan Penulisan
a.       Untuk mengetahui arti kekurangan energi protein.
b.      Untuk mengetahui klasifikasi kekurangan energi protein.
c.       Untuk mengetahui jenis- jenis kekurangan energi protein.
d.      Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi protein.
e.       Untuk mengetahui gejala kekurangan energi protein.
f.       Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kekurangan energi protein.
g.      Untuk mengetahui upaya penanggulangannya.


















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam  makanan sehari-hari atau gangguan penyakit –penyakit tertentu. Anak tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 % indek berat badan/umur baku standar,WHO –NCHS, (DEPKES RI,1997).
Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Kurang energy protein merupakan keadaan kurang gizi yang disebakan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Depkes 1999). KEP itu sendiri dapat digolongkan menjadi KEP tanpa gejala klinis dan KEP dengan gejala klinis. Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor.
Sedangkan menurut Jellife (1966) dalam Supariasa, I.D.Nyoman (2002) dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrition, yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor.

B.     Klasifikasi Kurang Energi Protein (KEP)
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku Median WHO – NCHS.
1.      KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita kuning.
2.      KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis Merah ( BGM ).
3.      KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median WHO-NCHS.

C.    Jenis-jenis kekurangan energi protein
a.       Kwashiorkor
Kwashiorkor merupakan keadaan kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein. Umumnya keadaan ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi yang sering terjadi di negara berkembang atau pada daerah yang mengalami embargo politik. Daerah yang sangat terpencil juga merupakan salah satu faktor terjadinya kondisi kwashiorkor. Individu yang mengalami kwashiorkor dapat mengalami berbagai macam manifestasi atau gejala antara lain: penurunan berat badan, penurunan massa otot, diare, lemah lesu, perut buncit, bengkak pada tungkai, perubahan warna rambut, dan lain-lain.
b.      Marasmus
Kekurangan energi marasmus merupakan suatu keadaan kekurangan energi protein akibat rendahnya asupan karbohidrat. Keadaan ini sering kali ditemukan dan angka kejadiannya mencapai 49% pada kurang lebih 10 juta anak di bawah 5 tahun yang mengalami kematian di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka kejadiannya tidak begitu tinggi.
Adanya kondisi fisik yang tidak baik merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kekurangan karbohidrat pada anak-anak. Kondisi fisik tersebut antara lain adalah penyakit jantung bawaan, retardasi mental, penyakit kanker, infeksi kronis, keadaan yang mengharuskan anak dirawat lama di rumah sakit. Anak akan tampak lesu dan tidak bersemangat, diare kronis, berat badan tidak bertambah.

c.       Marasmus kwashiorkor
Pada kekurangan energi marasmus kwashiorkor terdapat kekurangan energi kalori maupun protein. Mengapa ada anak yang jatuh ke dalam keadaan kwashiorkor, marasmus, atau marasmus kwashiorkor masih belum jelas dan masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut. Namun semua bentuk kekurangan energi protein pada anak-anak ini disebabkan oleh asupan makanan bergizi yang tidak adekuat atau adanya kondisi fisik tubuh yang mengakibatkan makanan yang dikonsumsi tidak dapat diserap dan digunakan oleh tubuh selain adanya keadaan metabolisme yang meningkat yang disebabkan mungkin oleh penyakit kronis atau penyakit keganasan.

D.    Penyebab Kekurangan Energi Protein
Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai gejala-gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitan dengan waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih.
Selain itu, KEP merupakan penyakit lingkungan, karena adanya beberapa factor yang bersama-sama berinteraksi menjadi penyebab timbulnya penyakit ini, antara lain yaitu factor diet, factor social, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan lain-lain. Peran diet menurut konsep klasik terdiri dari dua konsep. Pertama yaitu diet yang mengandung cukup energy, tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiorkor, sedangkan konsep yang kedua adalah diet kurang energy walaupun zat gizi (esensial) seimbang akan menyebabkan marasmus. Peran factor social, seperti pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya KEP. Ada pantangan yang berdasarkan agama, tetapi ada juga pantangan yang berdasarkan tradisi yang sudah turun temurun, tetapi kalau pantangan tersebut berdasarkan agama, maka akan sulit untuk diatasi. Jika pantangan berdasarkan pada kebiasaan atau tradisi, maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan dengan terus-menerus hal ini akan dapat diatasi.
Menurut Ngastiyah, 1997 faktor-faktor penyebab kurang energi protein dibagi menjadi dua, yaitu :
1.       Primer
a)      Susunan makanan yang salah
b)      Penyedia makanan yang kurang baik
c)      Kemiskinan
d)     Ketidaktahuan tentang nutrisi
e)      Kebiasan makan yang salah.
2.      Sekunder
a)      Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik,     kelainan struktur saluran).
b)      Gangguan psikologis.

E.     Gejala Kekurangan Energi Protein
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam tata buku pedoman Tata Laksana KEP pada anak di puskesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Gejala :
a)      Kwashiokor
1.      Oudema,umumnya seluruh tubuh,terutama pada pada punggung kaki (dorsum pedis )
2.      Wajah membulat dan sembab
3.      Pandangan mata sayu
4.      Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,rontok
5.      Perubahan status mental, apatis dan rewel
6.      Pembesaran hati
7.      Otot mengecil(hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
8.      Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
9.      Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut,anemia dan diare.
b)      Marasmus
1.      Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit
2.      Wajah seperti orang tua
3.      Cengeng rewel
4.      Kulit keriput,jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar )
5.      Perut cekung
6.      Iga gambang
7.      Sering disertai penyakit infeksi( umumnya kronis berulang), diare kronis atau konstipasi/susah buang air.

c)      Marasmik- kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median WHO-NCHS disertai oedema yang tidak mencolok.(DEPKES RI. 1999).

F.      Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Protein (KEP) :
a)      Pendapatan Keluarga Perkapita
Komsumsi makanan yang berkurang sering dialami oleh penduduk yang berpendapatan rendah.Hal ini disebabkan oleh daya beli keluarga yang rendah. Pendapatan keluarga akan mempengaruhi pola pengeluaran komsumsi keluarga. Tingkat pendapatan yang nyata dari keluarga menentukan jumlah dan kualitas makanan yang diperoleh (Suhardjo,1989).
Masalah komsumsi pangan, rata- rata komsumsi energi dan protein secara nasional meningkat dengan tajam. Pada tahun 1984 rata – rata komsumsi energy perkapita 1798 kalori,meningkat menjadi 1905 kalori pada tahun 1990 dan menjadi 1962 kalori pada tahun 1995. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama rata – rata komsumsi protein meningkat menjadi dari 43,3 gram,45,4 dan 49,2 perkapita/ hari. (SKPG. 1998)
b)      Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain (Siagian,1991). Pendidikan terutama pendidikan ibu berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan anak dan bayinya. Pada masyarakat dengan rata –rata pendidikan rendah menunjukan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang pendidikannya cukup tinggi prevalensi gizi kurangnya rendah( Abunain,1988)
c)      Pekerjaan
Anak nelayan tradisional mempunyai resiko menjadi kurang gizi tiga kali lebih besar dibanding pada anak peternak, petani pemilik lahan, ataupun tenaga kerja terlatih. Hal penelitian ini juga menunjukan bahwa pengelompokan pekerjaan yang terlalu umum misalnya nelayan saja bisa mengatur pertumbuhan peranan factor pekerjaan orang tua terhadap resiko anak mereka untuk menderita kurang gizi, resiko kurang gizi pada anak nelayan tradisional tiga kali lebih besar dibanding anak nelayan yang punya perahu bermotor. Efek ganda ( interaksi ) dari berbagai faktor sosial ekonomi dalam menyebabkan jatuhnya seorang anak pada keadaan kurang gizi perlu diperhitungkan (Mc Lean, W.1984).
d)     Keadaan Sanitasi Lingkungan
Faktor utama yang mempengaruhi kesehatan anak dan juga kesehatan orang dewasa adalah tersedianya air bersih dan sanitasi yang aman. Semua ini bukan saja penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia,tetapi juga sangat membantu bagi eman sipasi kaum wanita dari beban kerja berat yang mempunyai dampak yang merusak terhadap anak – anak, terutama anak- anak perempuan. Kemajuan dalam kesehatan anak tidak mungkin dipertahankan jika sepertiga dari anak- anak didunia ketiga tetap tidak menikmati sarana sanitasi yang layak.
Berdasarkan pengalaman pada 10 tahun yang lalu,termasuk inovasi yang banyak jumlahnya dalam tehnik dan tekhnologi-tekhnologi yang sederhana dan murah untuk menyediakan air bersih dan sarana sanitasi yang aman didaerah pedesaan dan perkampungan kumuh dikota,kini patut dan layak melalui tindakan nasional bersama dan kerjasama internasional untuk menyediakan air minum yang amam dan sarana pembuangan kotoran manusia yang aman untuk semua (DEPKES RI,1990).

G.    Program penanggulangan KEP
Pelayanan gizi balita KEP pada dasarnya setiap balita yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan lila untuk menentukan status gizinya, selain melihat tanda-tanda klinis dan laboratorium. Penentuan status gizi maka perlu direncanakan tindakan sebagai berikut :
Adapun penanggulangan pada penderita KEP yaitu :
1.      Jangka pendek
a.       Upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di posyandu
b.      Rujukan kasus KEP dengan komplokasi pengakit di RSU
c.       Pemberian ASI Eklusif untuk bayi usia 0-6 bulan
d.      Pemberian kapsul vitamin A
e.       Pemberian makanan tambahan (PMP)
f.       Pemulihan bagi balita gizi buruk dengan lama pemberian 3 bulan
g.      Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) bagi balita keluarga miskin usia6-12 bulan
h.      Promosi makanan sehat dan bergizi

2.      Jangkah menengah
a.       Revitalisasi Posyandu
b.      Revitalisasi Puskesmas
c.       Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi

3.      Jangkah panjang
a.       Pemberdayaan masyarakat menuju Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
b.      Integrasi kegiatan lintas sektoral dengan program penanggulangan kemiskinan dan ketahanan pangan.

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP ) juga dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan protein. Secara umun dikenal dua jenis protein yaitu protein yang berasal dari hewan dan protein nabati yang berasal dari tumbuhan. Protein hewani dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan seperti ikan, daging, telur dan susu. Protein nabati terutama berasal dari kacang-kacangan serta bahan makanan yang terbuat dari kacang (Elly Nurachmah, 2001:15).
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam  makanan sehari-hari atau gangguan penyakit –penyakit tertentu. Anak tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat badanya kurang dari 80 % indek berat badan/umur baku standar,WHO –NCHS.
KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai gejala-gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak sehingga penyakit ini sering disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitan dengan waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih.
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam tata buku pedoman Tata Laksana KEP pada anak di puskesmas dan di rumah tangga, KEP berdasarkan gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

B.     Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati.Istilah ini sudah sangat lumrah di kalangan kita.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya KEP, maka yang harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan memperhatikan gizi yang seimbang serta juga memperhatikan lingkungan yang sehat sehingga dapat menunjang kedepannya. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.







Daftar Pustaka



1 komentar:

  1. How to Play Baccarat - The Worrione Casino
    Baccarat (also known as a Craps 바카라 사이트 variant) is a card game played by two partnerships. It is played 바카라 with four people. 메리트카지노 The dealer sets the ball for each

    BalasHapus

Makalah Kekuranan Energi Protein

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein...