Rabu, 03 Mei 2017

Konsep Dasar Resusitasi

KONSEP DASAR RESUSITASI

A.      Resusitasi Jantung Paru
Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti nafas karena sebab-sebab tertentu. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak.Perlu diperhatikan pada kasus korban pingsan karena kecelakaan, tidak boleh langsung dipindahkan, karena dikhawatirkan ada tulang yang patah. Biarkan ditempatnya sampai petugas medis datang. Berbeda dengan korban orang tenggelam dan serangan jantung yang harus segera dilakukan CPR.
CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan nafas yang menyempit atau tertutup sama sekali. Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Bila proses pernafasan dan peredaran darah gagal, diperlukan tindakan resusitasi untuk memberikan oksigen ke tubuh.
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) merupakan prosedur pertolongan darurat tentang henti jantung dan henti nafas serta bagaimana melakukan RJP yang Benar sampai korban sadarkan diri atau sampai ada bantuan datang. Pada dasarnya "Resusitasi Jantung Paru" atau sering disingkat dengan "RJP" terdiri dari dua elemen, yaitu; kompresi dada dan mulut ke mulut (mouth-to-mouth) nafas buatan. Sebelum menolong korban, hendaklah menilai keadaan lingkungan terlebih dahulu :
1.    Apakah korban dalam keadaan sadar ? 
2.    Apakah korban tampak mulai tidak sadar, tepuk atau goyangkan bahu korban dan bertanya dengan keras "apakah anda baik-baik saja" ? 
Apabila korban tidak merespon, mintalah bantuan untuk menghubungi rumah sakit terdekat, dan mulailah RJP. Tindakan resusitasi didasarkan pada 3 pemeriksaan yang disebut langkah-langkah CAB resusitasi, yaitu :
  1. Circulation (peredaran darah)
  2. Airway (saluran nafas)
  3. Breathing ( bernafas)

B.       Prinsip CAB
Untuk memudahkan dalam mengingat prosedur melakukan RJP dikenal dengan metode "CAB", yaitu:
1.                            Circulation (Sirkulasi Buatan) 
Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut nadi arteri besar ( arteri karotis). Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernafasan buatan sebanyak 2 kali, dan apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.
Posisi kompresi dada dimulai dari lokasi proc. Xyphoideus, dan tarik garis ke Cranial 2 jari di atas poc. Xyphoideus, dan lakukan kompresi pada tempat tersebut. Kemudian berikan 2 kali nafas buatan dan teruskan kompresi dada sebanyak 30 kali. 
Cek nadi dan nafas korban apabila :
·       Tidak ada nafas dan tidak ada nadi : teruskan RJP sampai bantuan datang. 
·       Terdapat nadi tetapi tidak ada nafas : mulai lakukan nafas buatan. 
·       Terdapat nadi dan nafas : korban membaik.
Kemungkinan Keberhasilan apabila terjadi keterlambatan :
·    1 menit : 98% dari 100% 
·   4 menit : 50% dari 100% 
·   10 menit : 1 dari 100%
Resusitasi dapat dihentikan bila :
·           Korban kembali sadar; dimana warna kulit berubah dari sianosis menjadi kemerahan, pupil akan mengecil, bila penyebab henti jantung adalah hipoksia maka jika berhasil maka denyut nadi spontan dapat di pulihkan. 
·           Korban dinyatakan mati; dimana bila setelah 30 menit tidak ada tanda aktivitas jantung atau tanda pernafasan spontan dan kedua pupil lebar tanpa reaksi terhadap cahaya (bila korban yang mengalami pendinginan maka resusitasi dilakukan sampai 1 jam). 
·           Apabila penolong lelah atau keselamatannya terancam.

2.  Airway (Jalan Nafas)
Posisikan korban dalam keadaan terlentang pada bidang yang datar dan keras (lantai), bila di atas kasur selipkan papan (tapi tidak efektif jadi lebih baik di letakkan di atas lantai). Periksa jalan nafas korban sebagai berikut :
·            Membuka mulut korban 
·            Masukkan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) 
·            Lihat apakah ada benda asing, darah (bersihkan jika ada)
Pada korban tidak sadar, tonus otot menghilang, sehingga lidah akan menyumbat laring. Lidah dan epiglotis penyebab utama tersumbatnya jalan nafas pada pasien tidak sadar. Lidah yang jatuh kebelakang (drop), menutupi jalan nafas.
·            Letakkan tangan penolong di atas kening korban dan tangan yang lain di dagu korban, tengadahkan dengan cara dongkrakkan kepala korban ke atas tekhnik ini disebut dengan "Head tilt-chin lift". 
·            Jika kita mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka kita memakai cara "Jaw Trust" yaitu dengan cara penolong berada diatas kepala penderita dan mengangkat mandibula ke arah depan untuk menjaga servikal tetap pada posisi netral selama resusitasi. 
Chin Lift
·            Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan
·            Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
Head Tilt
·            Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
·            Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
·            Gambar tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
·  Jaw thrust
·  Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas
3.  Breathing (Pernafasan)
Untuk melakukan pernafasan pada korban harus memperhatikan tiga  cara:
a.         Look : lihat gerakan dada mengembang atau tidak. 
b.         Listen : dengarkan suara nafas korban pada mulut/hidung ada atau tidak. 
c.         Feel : rasakan hembusan nafas korban pada mulut/hidung ada atau tidak. Jika tidak ada maka dapat kita lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau mulut ke sungkup sebanyak 2 kali.






CHECKLIST RESUSITASI
 
 


















NO



A.    SIKAP DAN PERILAKU

1.       
Memberi salam kepada pasien dan keluarga dengan sopan dan ramah


2.       
Memperkenalkan diri


3.       
Menjelaskan maksud dan tujuan

4.       
Mencuci tangan di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk pribadi

5.       
Siapkan alat resusitasi

6.       
Gunakan sarung tangan steril

B.     ISI


CIRCULATION (C)


7
7
Nilai sirkulasi darah korban dengan menilai denyut nadi arteri besar ( arteri karotis). Apabila terdapat denyut nadi maka berikan pernafasan buatan sebanyak 2 kali, dan apabila tidak terdapat denyut nadi maka lakukan kompresi dada sebanyak 30 kali.


8
Tidak ada nafas dan tidak ada nadi : teruskan RJP sampai bantuan datang. 


9
Terdapat nadi tetapi tidak ada nafas : mulai lakukan nafas buatan.


10
Hentikan resusitasi apabila (verbal)
1.     Korban kembali sadar; dimana warna kulit berubah dari sianosis menjadi kemerahan, pupil akan mengecil.
2.    Pasien dinyatakan meninggal; dimana bila setelah 30 menit tidak ada tanda aktivitas jantung atau tanda pernafasan spontan dan kedua pupil lebar tanpa reaksi terhadap cahaya (bila korban yang mengalami pendinginan maka resusitasi dilakukan sampai 1 jam). 


11
Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan mengeringkan dengan handuk pribadi


AIRWAY (A)


12.   
Posisikan korban dalam keadaan terlentang

13.   
Membuka mulut pasien

14.   
Masukkan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah)

15.   
Lihat apakah ada benda asing, darah (bersihkan jika ada)

16.   
Jika pasien tidak sadar. Letakkan tangan penolong di atas kening pasien dan tangan yang lain di dagu pasien, tengadahkan dengan cara dongkrakkan kepala pasien ke atas tekhnik ini disebut dengan "Head tilt-chin lift". 

17.   
Jika kita mencurigai adanya patah atau fraktur tulang leher/servikal, maka kita memakai cara "Jaw Trust" yaitu dengan cara penolong berada diatas kepala penderita dan mengangkat mandibula ke arah depan untuk menjaga servikal tetap pada posisi netral selama resusitasi. 

BREATHING (B)

18.   
Look : lihat gerakan dada mengembang atau tidak. 

19.   
Listen : dengarkan suara nafas pasien pada mulut/hidung ada atau tidak. 

20.   
Feel : rasakan hembusan nafas korban pada mulut/hidung ada atau tidak. Jika tidak ada maka dapat kita lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau mulut ke sungkup sebanyak 2 kali.

C.    TEKNIK

21.   
Melaksanakan perasat dengan sistematis

22.   
Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

23.   
Menjaga privasi




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Kekuranan Energi Protein

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein...