Rabu, 03 Mei 2017

Mobilisasi

PERUBAHAN SISTEM TUBUH DAN GANGGUAN IMOBOLISASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN ELIMINASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi
B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan.
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan aktivitas.
b. Untuk mengetahui posisi tidur yang baik dan manfaatnya.
c. Untuk mengetahui cara memindahkan pasien dari satu posisi ke posisi lain. 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian 
1. Mobilitas atau Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan 
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
2. Imobilitas atau Imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas 
karena kondisi yang menggangu pergerakan (aktivitas).
B. Jenis Mobilitas dan Imobilitas 
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh. merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas, sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
b. Mobilitas Sebagian. merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya, mobilitas sebagian dibagi dua jenis :
c. Mobilitas sebagian temporer. merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.
d. Mobilitas sebagian permanen. merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
2. Jenis Imobilitas
a. Imobilisasi fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
b. Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir.
c. Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
d. Imobilitas sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya, sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
C. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
1. Gaya Hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena 
gaya hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses Penyakit / Cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat 
mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan mobiltas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.
4. Tingkat Energi. Energi adalh sumber untuk mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas 
dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan. Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang 
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerka sejalan dengan \
perkembangan usia.
D. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas 
1. Perubahan Metabolisme. Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh.
2. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit. Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Gangguan Pengubahan Zat Gizi. Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas metabolisme,
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal. Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
5. Perubahan Sistem Pernapasan. Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot,
6. Perubahan Kardiovaskular. Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus.
7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal. Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.- Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. 
8. Perubahan Sistem Integumen Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas. 
9. Perubahan Eliminasi Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine. 
10. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Kekuranan Energi Protein

BAB I PENDAHULUAN A.        Latar Belakang Kekurangan Energi Protein (KEP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein...